• Add to Facebook
  • Add to Digg
  • Add to Twitter
  • Add RSS Feed

Sabtu, 05 Februari 2011

Kebiasaan yang tak bisa di hindari

Kota nan indah selalu dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah, kota nya nyaman, dingin dan penduduknya pun ramah tamah, apalagi dikawasan jam gadang yang mayoritas kebanyakan penduduk non asli yang hanya jalan-jalan atau sekedar ngabuburit, tempat yang sangat strategis, jujur saya pun betah untuk tinggal berlama-lama disini, apalagi disebelahnya ada pasar yang katanya murah meriah,, anda bisa saja membeli keperluan anda disitu semua sudah tersedia yang kebanyakan mayoritas penjual pakaian jadi, toko-toko tradisional dsb..

Ketika saya sedang berjalan menuju pasar lereng (red) saya tak sengaja mendengar percakapan antara kedua ibu-ibu setengah baya yang berjualan disekitar pasar tersebut. Kalo tidak salah ibu – ibu itu bilang “ tergantung sia pembelinyo..” ketika itu saya langsung heran…. Siapa yang dimaksud oleh ibu-ibu itu, dan kenapa harus tergantung pembelinya..?! sambil berjalan aq memikirkan hal itu, seharusnya hal tersebut sangat konyol buat aq fikirnya namun ntah ada desakan apa yang menyuruhku memikirkan hal itu.

Voila… ! aq mencoba mencari jawabannya dengan mampir kesebuah toko, aq menanyakan sebuah jilbab, “ iko bara ciek ni..” lalu penjula itu menyebutkan harga “ ooo kalo itu ampek limo”.

End then lalu aq berjalan lagi ketoko selanjutkan aq menanyakan harga satuannya “ini berapa bu” (pake bahasa Indonesia) lalu spontan ibu-ibu itu bilang oo kalo yang itu enam lima dik, padahal barang yang saya tanyakan sama persis merek dan dan dasarnya dengan yang di toko pertama tadi ehm…

Voila… tetap semangat buat tawar menawar… hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

getar